Sabtu, 20 Agustus 2011

Ungkapan Kesedihan "Rasul Akhir Zaman"

ِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
اَلۡمُلۡکُ یَوۡمَئِذِۣ الۡحَقُّ لِلرَّحۡمٰنِ ؕ وَ کَانَ یَوۡمًا عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ عَسِیۡرًا ﴿﴾
وَ یَوۡمَ یَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰی یَدَیۡہِ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِی اتَّخَذۡتُ مَعَ الرَّسُوۡلِ سَبِیۡلًا ﴿﴾
یٰوَیۡلَتٰی لَیۡتَنِیۡ لَمۡ اَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِیۡلًا
لَقَدۡ اَضَلَّنِیۡ عَنِ الذِّکۡرِ بَعۡدَ اِذۡ جَآءَنِیۡ ؕ وَ کَانَ الشَّیۡطٰنُ لِلۡاِنۡسَانِ خَذُوۡلًا
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ ہَادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾
Kerajaan yang haq pada Hari itu kepunyaan [Tuhan] Yang Maha Pemurah, dan Hari itu akan menjadi hari yang berat bagi orang-orang kafir. Dan pada Hari itu orang-orang aniaya akan menggigit-gigit kedua [jari] tangannya [dan] berkata: “Wahai, alangkah baiknya jika aku mengambil jalan bersama dengan Rasul itu. Wahai celakalah aku, alangkah baiknya seandainya aku tidak pernah menjadikan si fulan itu sahabat! Sesungguhnya ia telah menyesatkanku dari Pemberi peringatan sesudah ia datang kepadaku.” Dan syaitan selalu menelantarkan manusia. Dan Rasul itu berkata: “Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya kaumku telah memperlakukan Al-Quran ini sebagai sesuatu yang ditinggalkan.” Dan demikianlah Kami telah menjadikan bagi tiap-tiap nabi musuh dari kalangan orang-orang yang berdosa, dan memadailah Tuhan engkau sebagai Pemberi petunjuk dan Penolong. (Al-Furqān [25]:27-32).
UNGKAPAN KESEDIHAN RASUL AKHIR ZAMAN

MENGENAI KEADAAN UMAT ISLAM
DI AKHIR ZAMAN
(Jawaban untuk para penghujat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Al-Masih Akhir Zaman)


Tentang masalah Al-Masih dan tempat turun beliau, 
aku mengatakan tidak peduli apakah orang-orang menerimanya atau menolaknya.
Tuhan Yang Maha Mulia telah mencetuskan, 
di dalam hatiku menjadi tempat penjelmaan rahasia agung itu. 

Aku adalah Mau’ud (yang dijanjikan), dan aku datang membawa sifat-sifat yang telah diterangkan oleh Rasulullah saw., 
sangat disayangkan orang-orang yang tidak melihatku.

Warna kulitku kuning gandum, dan rambut yang dinubuwatkan oleh Nabi Karim saw. pun sama dengan rambutku, tidak ada bedanya.

Ini adalah kedatanganku dan tidak ada keraguan sedikitpun, 
Rasulullah saw. telah membedakanku dengan Al-Masih yang berkulit kemerah-merahan.

Janganlah heran berkenaan dengan menara di timur, 
sebab akupun datang secara nyata di timur.

Aku inilah orangnya yang telah datang sesuai dengan kabar gembira, 
mana pula Isa a.s. dapat menginjakkan telapak kakinya di atas mimbarku [sebab aku adalah Masih-nya Muhammad saw.].

Sebagaimana Allah telah menjanjikan tempat yang mulia di dalam surga, apakah dengan demikian Dia melanggar janji-Nya lalu mengeluarkan beliau dari surga?

Pengingkaran yang secara aniaya menyembah Al-Masih, 
bagaimana mungkin Tuhan yang Ghayyur itu dapat menyamakannnya denganku.

Simaklah Quran Majid sekejap, 
supaya rahasia terselubungku ini zahir di hadapanmu.

Wahai Tuhan, di manakah manusia yang dapat mengenali rahasia kasyaf-kasyaf, supaya nur batinnya dapat mengenaliku.

Sumber Karunia dan rahmat-Nya telah bergejolak sedemikian rupa,
 sehingga puji-pujian terhadap Kekasihku.

Wahai para pengeritik! Dengan takut terhadap Tuhan,
 bersabarlah sehingga Tuhan sendiri akan menzahirkan nur dan cahaya bintangku.

Perintah-Nya telah diserahkan kepadaku, 
dalam hal ini aku tidak mempunyai ikhtiar apa-apa. 
Lihatlah, hal ini aku katakan dari Tuhan-ku Yang Maha Raja.

Wahai orang-orang yang bergegas menujuku dengan kapak dan pedang! Takutlah kalian kepada Penjaga kebunku, 
sebab aku adalah dahan yang bakal menghasilkan buah.

Perintah ini berasal dari langit yang ditumpahkan kepada bumi. 
Jika setelah mendengar tidak kusampaikan, 
maka ke mana ia harus kubawa pergi.

Wahai kaumku, janganlah kalian berhati sempit, 
karena kata-kataku sejak permulaan ini begitu emosi. 
Perhatikanlah diriku sampai saat-saat terakhirku.

Bukan aku yang mengatakannya, 
melainkan hal ini telah tertulis di lauh-mahfuzh  Tuhan. 
Jika ada yang sanggup cobalah hapuskan tandaku.

Aku heran dan risau terhadap kedangkalan hati serta sempitnya motivasi kaumku. 
Wahai Tuhan, tolonglah supaya aku terlepas dari kerisauan ini. 

Tidak memiliki mata, tidak memiliki telinga,
dan tidak memiliki cahaya hati. 
Mereka hanya memiliki lidah yang gigih menentangku.

Mencaci-makiku bagi mereka sudah merupakan ibadah. 
Di pandangan mereka akulah yang paling kotor.

Wahai hatiku, walau demikianpun engkau harus mempertimbangkan (memperhatikan) mereka, 
sebab mereka pun menyatakan diri mencintai Rasulullah saw.

Wahai panggilan kebenaran dan amanat kebenaran,
 janganlah salah paham terhadapku. 
Aku melihat engkau berada dalam kesalahan.

Wahai saudaraku, hatiku lelah, sedih memikirkan iman engkau, 
namun anehnya di dalam benak engkau aku ini dianggap kafir.

Jika engkau ingin supaya kebenaran kami menjadi terang dan jelas di hadapanmu, 
maka mintalah cahaya hati dari Tuhan Yang Maha Pengasih.

Mana pula telinga hatiku dapat mendengar tuduhan kafir dari seseorang, padahal aku tengah mabuk meneguk cawan karunia-karunia Sang Kekasihku.

Bagaimana pula caci-makian para musuh dapat sampai kepadaku, 
padahal aku tengah terbuai mimpi indah membayangkan Sahabat-ku.

Aku hidup bertopang dari wahyu Tuhan-ku yang menyertaiku ini. 
Wahyu-Nya (amanah-Nya) yang menghidupkan nafasku.

Aku membawa jubah dari istana Kekasihku,
 selain itu janganlah lagi tanyakan padaku tentang negeri yang gelap-gulita ini.

Kecintaan terhadap-Nya telah menyentuh lubuk dasar hatiku. 
Di jalan agama, stempel-Nya telah menjadi stempel-ku yang bercahaya.

Seandainya rahasia kecintaanku dengan-Nya terbuka,
 maka banyak sekali orang-orang yang akan menyerahkan nyawa mereka.

Orang-orang dunia tidak dapat memahami rahasiaku. 
Aku sendiri merupakan nur yang bangkit dari mata orang-orang yang baik sekali (unggul).

Selain itu, orang-orang yang menyukai jalanku tidaklah sedikit. 
Akan tetapi orang yang berpandangan buruk terhadapku, dia adalah seorang yang malang.

Kami setiap saat meneguk minuman dari cawan “perpaduan”dengan Sahabat kami. 
Setiap saat Kekasih muliaku yang simpati melawan para pengingkar.

Angin surga bertiup di dalam hatiku yang sedih, 
dan tak terhingga banyaknya tiupan angin lembut yang berbaur dengan asap wangi-wangianku.

Bau busuk orang-orang yang dengki tidak dapat menggangguku.
 Aku senantiasa bersimbahkan wewangian kesturi yang timbul dengan mengenang/mengingat-Nya.

Karena kedekatan (qurub) dengan Kekasihku, 
tugasku telah mencapai tahap yang jauh dari pemahaman para penentangku.

Atas karunia Kekasih-ku, langkahku telah masuk ke dalam surga, 
dan di tanganku terdapat cawan fadhal-Nya (karunia-Nya).

Gejolak pengabulan doa dari-Nya sedemikian rupa tatkala berdoa, 
bahkan ibuku pun tidak pernah melakukan hal seperti itu bila aku menangis sehabis-habisnya.

Di setiap sudut dan di setiap arah, aku hanya mendapatkan wajah Kekasihku. Apakah pernah ada wajah lain yang tampak dalam pikiranku selain dari-Nya?

Sangat disayangkan bahwa kelompok orang terpandang ini tidak melihatku. 
Dan mereka baru akan melihatku tatkala aku sudah menyatu dengan tanah ini.

Jika seandainya hati harus tersayat-sayat karena duka dan perih memikirkan mereka, biarlah! 
Keinginanku adalah demi-Nya kepalaku pun biarlah terbakar.

Setiap malam aku merasakan ribuan duka karena perih memikirkan kaum ini. Wahai Tuhan-ku lepaskanlah daku dari rasa malu ini setiap hari.

Wahai Tuhan-ku, cucilah kemalasan mereka ini dengan air mataku yang telah membasahi tempat tidurku hari ini.

Kini, kabulkanlah, dan tolonglah, sebab air mata ini kami curahkan demi Engkau. 
Tolonglah daku, sebab selain Engkau tiada yang lain lagi.

Gelap-gulitanya duka tidak kunjung habis, 
akan tetapi kegelapan malam ini akan habis di hari pembalasan.

Hatiku telah tersayat-sayat pedih memikirkan kaum yang tidak dapat mengenali ini, 
dan juga karena ulama-ulama yang bengkok yang merenggut leherku.

Jika kedangkalan-ilmu dan kebutaan-batin ini tidak ada, 
maka setiap orang alim dan faqih akan menjadi khadim Engkau seperti aku.

Ilmu mantikku (logikaku) ini dapat mempengaruhi batu,
namun orang-orang ini tidak mengambil manfaat dari tulisan-tulisanku yang berpengaruh ini.

Ilmu adalah sesuatu yang bersamanya pun terdapat nur (cahaya) firasat (ketajaman pikiran). 
Orang yang buta ilmu ini tidak dapat makan dengan “phisyera”.

Hari ini kaumku tidak mengenali kedudukanku,
namun suatu hari mereka pasti akan menangis-nangis mengingat masaku yang terbaik ini.

Wahai kaumku, pandanglah kepada Sang Ghaib dengan sabar, 
supaya Dia dengan merendah membentangkan Tangan-Nya untukmu.

Walau nilai dan kehormatanku menurut kamu adalah sama dengan debu, 
itu tidaklah mengapa. Aku bukan hanya dari debu bahkan lebih nista dari sampah.

Adalah ihsan dan karunia-Nya yang telah menganugerahiku. 
Kalau tidak, aku ini hanyalah seekor cacing, bukannya seorang manusia, bukan sebuah intan dan bukan sebuah permata.

Tangan-Nya telah menjauhkanku dari wujud-wujud lainnya, 
sehingga tidak pernah wujud lain dalam gambaranku.

Setelah kepada Tuhan aku mabuk di dalam cinta kepada Rasulullah saw.. 
Dan jika seandainya hal ini dianggap suatu kekafiran, maka demi Tuhan, akulah yang paling kafir.

Kecintaan kepada-Nya telah merasuk ke dalam setiap partikel tubuhku.
Hatiku penuh oleh kesendirian dan kepiluan terhadap sang kekasih (saw.) itu.

Aku adalah pelita kebenaran [yang memisahkan] antara yang suci dengan haram. 
Dan tangan-Nya-lah yang senantiasa melindungiku dari setiap angin kencang.

Setiap saat langit memberikan kesaksian akan kebenaranku. 
Aku telah menanggung kedukaan ini sedemikian rupa,
 sehingga bumi pun tidak sanggup memikulnya.

Aku bersumpah demi Tuhan! 
Aku merupakan bahtera Nuh yang berasal dari Tuhan. 
Sungguh bernasib buruklah orang yang menjauh dari tali tambatan bahteraku.

Api yang telah dinyalakan oleh penghujung Akhir Zaman ini, 
demi Tuhan, aku adalah sungai ‘kautsar’ baginya.

Aku bukanlah rasul dan tidak membawa kitab. 
Yaa, padaku turun ilham dan aku adalah pemberi kabar-takut dari Tuhan.

Wahai Tuhan! Kami mohon dengan rendah hati agar engkau melimpahkan anugerah dan karunia Engkau. 
Selain tangan rahmat Engkau, siapa lagi yang akan menolongku?

Nyawaku kukorbankan bagi agama Mustafa saw..
 Inilah kehendak dan keinginan hatiku. Andai hal ini terpenuhi.


----------
Sumber: Buku Izalah Auham (Menghilangkan Keraguan)
Penterjemah: Mukhlis Ilyas Mbsy.
Diedit oleh: Ki Langlang Buana Kusuma

Jumat, 19 Agustus 2011

Bagaimana Cara Menjadi Sayyid dan Habib Hakiki Menurut Al-Quran


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


BAGAIMANA CARA MENJADI SAYYID DAN HABIB YANG HAKIKI MENURUT AL-QURAN

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


اَلَّذِیۡنَ یَجۡتَنِبُوۡنَ کَبٰٓئِرَ الۡاِثۡمِ وَ الۡفَوَاحِشَ اِلَّا اللَّمَمَ ؕ اِنَّ رَبَّکَ وَاسِعُ الۡمَغۡفِرَۃِ ؕ ہُوَ اَعۡلَمُ بِکُمۡ اِذۡ اَنۡشَاَکُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ وَ اِذۡ اَنۡتُمۡ اَجِنَّۃٌ فِیۡ بُطُوۡنِ اُمَّہٰتِکُمۡ ۚ فَلَا تُزَکُّوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ ہُوَ اَعۡلَمُ بِمَنِ اتَّقٰی ﴿۳۳

Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji kecuali kesalahan-kesalahan kecil yang tidak sengaja. Sesungguhnya Tuhan engkau Maha Luas pengampunan-Nya. Dia lebih mengetahui mengenai diri kamu ketika Dia menciptakanmu dari bumi (tanah) dan ketika kamu berupa janin dalam perut ibumu, maka janganlah kamu menganggap dirimu sendiri suci , Dia Maha Maha Mengatahu siapa yang bertakwa. (Al-Najm [53]:33).

Yang penulis ketahui mengenai sebutan orang-orang suci di zaman Nabi Besar Muhammad saw. – khususnya ahli bait beliau saw. – adalah sebutan sayyid, bukan habib, karena itu penulis tidak pernah mendengar atau pun membaca tulisan mengenai misalnya mengenai Ali bin Abi Thalib r.a., yang termasuk Ahli Bait Nabi Besar Muhammad saw., beliau disebut Habib Ali bin Abi Thalib r.a., yang sering dijumpai penulis adalah sebutan Sayyidina Ali Bin Abi Thalib r.a., atau sebutan Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a., atau Sayyidina Umar bin Khatthab r.a., atau Sayyidina ‘Ustman bin ‘Affan r.a., bahkan sebagai penghormatan seorang sahabah berkulit hitam yang suara terompahnya telah terdengar di dalam surga oleh Nabi Besar Muhammad saw. disebut Sayyidina Bilal r.a..

Di kalangan Bani Israil pun upaya membangga-banggakan diri atau keturunan atau leluhur seperti itu Terjadi juga, bahkan lebih hebat dari pengakuan s ebagai habib (habaib), yaitu pendakwaan: “Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”, firman-Nya:

وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿۱۹

Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani berkata: “Kami kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya” Katakanlah hai Rasulullah: “Jika benar demikian, lalu mengapa Dia mengazab kamu karena dosa-dosamu?” Tidak, bahkan kamu adalah manusia-manusia biasa dari antara mereka yang telah diciptakan oleh-Nya.” Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan Dia menghukum siapa yang Dia kehendaki, dan milik Allah kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya kembali (Al-Māidah [5]:19).

Pentingnya Memiliki Ketakwaan

Allah Ta’ala tidak pernah memiliki hubungan khusus dengan manusia – baik secara perorangan mau pun secara kaum (bangsa) – oleh karena itu di kalangan umat manusia tidak ada satu pun manusia atau suatu kaum yang secara khusus merupakan manusia (orang) atau kaum (bangsa) yang paling dicintai Allah Ta’ala, kecuali orang-orang yang paling bertakwa di antara manusia (QS.49:14), dalam halnya adalah para Rasul Allah (QS.4:70) khususnya Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32; QS.33:22; QS. 53:1-19). Firman-Nya:

یٰۤاَیُّہَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقۡنٰکُمۡ مِّنۡ ذَکَرٍ وَّ اُنۡثٰی وَ جَعَلۡنٰکُمۡ شُعُوۡبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوۡا ؕ اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَ اللّٰہِ اَتۡقٰکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌ خَبِیۡرٌ ﴿۱۴

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa supaya kamu dapat saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada (Al Hujurāt [49:14).

Sehubungan dengan firman Allah tersebut tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. pada peristiwa Hajji Wada (Haji Terakhir) memberikan nasihat kepada para Sahabah ra. sebagai berikut:

“Wahai sekalian manusia! Tuhan kamu itu Esa dan bapak-bapakmu satu jua adanya. Seorang Arab tidak memiliki kelebihan atas orang-orang bukan-Arab. Seorang berkulit putih sekali-kali tidak memiliki kelebihan atas orang-orang berkulit merah, begitu pula sebaliknya, seorang berkulit merah tidak memiliki kelebihan apa pun di atas orang berkulit putih, melainkan kelebihannya adalah sampai sejauh mana ia melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan dan manusia. Orang yang paling mulia di antara kamu sekalian pada pandangan Allah adalah yang paling bertakwa di antara kamu.” (Baihaqi).

Janji Allah Kepada Nabi Ibrahim a.s. dan Keturunannya

Ketakwaan suatu bangsa itu pulalah yang dijadikan landasan untuk berlakunya janji Allah Ta’ala kepada Nabi Ibrahim a.s. ketika Allah Ta’ala menyatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. – akibat kepatuh-taatnnya yang sempurna kepada perintah Allah Ta’ala – akan menjadikan beliau sebagai imam bagi umat manusia. Dan ketika Nabi Ibrahim a.s. memohon agar janji tersebut berlaku pula bagi anak-keturunan jasmani beliau maka Allah Ta’ala dengan tegas menjawab: Laa yanaalu ‘ahdizh- zhaalimiin – janji-Ku tidak mencapai (tidak berlaku) bagi orang-orang yang zalim!” (QS.2:125).

Itulah sebabnya dalam kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s. telah berlaku pula Sunnatullah mengenai penggantian suatu kaum oleh kaum lainnya ketika yang yang terpilih sebelumnya mulai melakukan berbagai bentuk kedurhakaan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya (QS.7:35-37), termasuk Bani Israil dan Bani Ismail (Bangsa Arab). Jadi, jika demikian kenyataannya apalah artinya membangga-banggakan pengakuan bahwa: Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasihnya” atau “kami adalah golongan habaib yang memiliki nasab kepada Nabi Besar Muhammad saw..” Jawaban Allah Ta’ala adalah tetap sama: Laa yanaalu ‘ahdizh- zhaalimiin – janji-Ku tidak mencapai (tidak berlaku) bagi orang-orang yang zalim!” (QS.2:125).

Satu-satunya cara untuk menjadi “habib (habaib)” yang hakiki yang berlaku bagai seluruh umat manusia – bukan khusus hanya bagi orang-orang Timur Tengah -- adalah firman Allah Ta’ala berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:

قُلۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿۳۱ قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿۳۲

Katakanlah hai Rasulullah:Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, kemudian Allah pun akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Katakanlah hai Rasulullah:Taatilah Allah dan Rasul-Nya, lalu jika kamu berpaling sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (Ali ‘Imran [3]:32-33).

Menurut Allah Ta’ala, tanda utama bahwa seseorang Muslim benar-benar sangat mencintai Allah Ta’ala dan Nabi Besar Muhammad saw., dan sebagai balasannya adalah ia pun mendapat kecintaan dan keridhaan dari Allah Ta’ala serta restu dari Nabi Besar Muhammad saw. adalah firman-Nya berikut:

وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿۷۰ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿۷۱

“Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul ini (Rasulullah) maka mereka akan termasuk golongan orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat, yaitu: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syuhada (saksi-saksi) dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sahabat-sahabat yang sejati. Inilah karunia dari Allah dan memadailah Allah sebagai Zat Yang Maha Mengetahui. (Al-Nisa [4]:70-71).

Nah itulah dia golongan para habaib (habib-habib) atau para sayyid hakiki, di luar keempat golongan yang memperoleh nikmat-nikmat keruhanian dari Allah Ta’ala tersebut yang senantiasa diminta melalui pembacaan Surah Al-Fatihah – apa pun pengakuan mereka adalah maghdbuubi ‘alayhim dan dhaalliin.

ooo0ooo

Pajajaran Anyar 18-10-2010